Kamis, Juli 02, 2009

BBM Motor Kita

Jenis BBM yang dikenal di pasaran saat ini cukup beragam, sebut saja ada solar, premium, pertamax, pertamax plus dan masih banyak jenis BBM yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan lain seperti Shell dan Petronas. Perbedaan jenis BBM ini bukan semata dimaksudkan untuk membedakan harga, tetapi lebih kepada kebutuhan oktan untuk setiap jenis mesin yang berbeda. Nilai oktan (RON) ini diwakili dengan sebuah angka misalnya oktan 88, 92 dan 95. Umumnya oktan yang tinggi mencerminkan harga yang mahal, tetapi jangan salah persepsi bahwa tidak serta merta oktan tinggi memberikan tambahan tenaga mesin yang luarbiasa. Sekali lagi kebutuhan oktan BBM disesuaikan dengan Rasio Kompresi mesin itu sendiri. Rasio Kompresi (CR) kendaraan umumnya tercantum dalam buku panduan atau brosur spesifikasi mesin kendaraan tersebut. CR ini adalah hasil perhitungan perbandingan tekanan yang berkaitan dengan volume ruang bakar terhadap jarak langkah piston dari titik bawah ke titik paling atas saat mesin bekerja. Setelah kita mengetahui rasio mesin kendaraan, dengan mudah kita dapat menentukan BBM yang direkomendasi sesuai data berikut:




Bagaimana jika diisi bensin dengan Oktan lebih rendah?
Bensin dengan oktan rendah lebih mudah terbakar. Semakin tinggi nilai CR pada mesin artinya membutuhkan bensin bernilai oktan tinggi. Mesin berkompresi tinggi membuat bensin cepat terbakar (akibat tekanan yang tinggi), yang akan menjadi masalah adalah, ketika bensin terbakar lebih awal sebelum busi memercikkan api. Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin menyala mendahului busi, akibatnya piston seperti dipukul keras oleh ledakan ruang bakar tersebut. Kita sering mendengar istilah “Ngelitik” (pinging/knocking). Bagaimana menggambarkan ‘kejam’nya ngelitik yang dirasakan piston? ibarat telapak tangan kita ditusuk2 dengan paku… kira-kira begitu. Perlahan namun pasti.. membuat piston seperti permukaan bulan… dan bahkan bisa bolong!. Saat terjadi ‘ngelitik’, bensin tidak menjadi tenaga yang terpakai. Kerja mesin tidak optimal. Kembali diulang, mesin yang CR nya tinggi, memerlukan bensin yang lambat terbakar. Semakin tinggi nilai CR, bensin harus semakin lambat terbakarnya (Oktan tinggi).


Bagaimana kalau diisi bensin dengan Oktan lebih tinggi?

Bensin dengan oktan lebih tinggi (pertamax, pertamax plus, dsb), umumnya dilengkapi dengan aditif pembersih, dan sebagainya. Namun tidak banyak memberi penambahan tenaga, jadi angka oktan tinggi bukan artinya lebih ‘bertenaga’. Karena benefitnya kurang sebanding jika dibanding harganya yang tinggi, maka ujung-ujungnya hanyalah merupakan pemborosan uang saja.

Oleh Karena itu:
* Dianjurkan mengisi bensin sesuai nilai rasio kompresi.
(kecuali ada modifikasi lain).
* Semakin TINGGI nilai oktan, maka bensin semakin lambat terbakar
(dikarenakan titik bakarnya lebih tinggi).
* Semakin TINGGI nilai oktan, maka bensin lebih sulit menguap
(penguapan rendah)
* Bensin yang gagal terbakar (akibat oktan terlalu tinggi), bisa menyebabkan penumpukan kerak pada ruang bakar atau pada klep.

Solusi Alternatif
Banyak cara untuk menyiasati agar bisa menggunakan bensin Premium pada mesin yang ber-CR tinggi, namun mesin tidak mengalami ‘ngelitik’, antara lain:

* Menambahkan Octane Booster pada bensin
(dimasukkan ke tangki bensin)
* Menggunakan katalis untuk menaikkan nilai oktan
(biasanya mengandung timbal, tidak ramah lingkungan).
* Merubah derajat waktu pengapian (ignition timing) ke posisi
yang lebih lambat (Retard).
* Menggunakan aplikasi water-injection
(agak repot untuk perawatannya)

Selasa, Juni 23, 2009

Memilih Pelumas Yang Baik Dan Benar

200802271736_lubricant_additive

Pelumas adalah bahan penting bagi kendaraan bermotor. Memilih dan menggunakan pelumas yang baik dan benar untuk kendaraan bermotor anda, merupakan langkah tepat untuk merawat mesin dan peralatan kendaraan agar tidak cepat rusak dan mencegah pemborosan.

Umum beranggapan bahwa fungsi utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin.
Padahal oli memiliki fungsi lain yang tak kalah penting, yakni antara lain sebagai ; Pendingin, Pelindung dari Karat, Pembersih dan Penutup celah pada Dinding Mesin.

Semua Fungsi tersebut adalah sangat erat berkaitan; sebagai Pelumas, Oli akan membuat gesekan antar komponen di dalam mesin bergerak lebih halus, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal. Selain itu Oli juga bertindak sebagai fluida yang memindahkan panas ruang bakar yang mencapai 1000-1600 derajat Celcius ke bagian lain
mesin yang lebih dingin.

Dengan tingkat kekentalan yang disesuaikan dengan kapasitas volume maupun kebutuhan mesin. Maka semakin kental oli, tingkat kebocoran akan semakin kecil, namun disisi lain mengakibatkan bertambahnya beban kerja bagi pompa oli.

Oleh sebab itu, peruntukkan bagi mesin kendaraan Baru (dan/atau relatif Baru berumur dibawah 3 tahun) direkomendasikan untuk menggunakan oli dengan tingkat kekentalan minimum SAE10W. Sebab seluruh komponen mesin baru (dengan teknologi terakhir) memiliki
lubang atau celah dinding yang sangat kecil, sehingga akan sulit dimasuki oleh oli yang memiliki kekentalan tinggi.

Selain itu kandungan aditif dalam oli, akan membuat lapisan film pada dinding silinder guna melindungi mesin pada saat start. Sekaligus mencegah timbulnya karat, sekalipun kendaraan tidak dipergunakan dalam waktu yang lama. Disamping itu pula kandungan aditif deterjen dalam
pelumas berfungsi sebagai pelarut kotoran hasil sisa pembakaran agar terbuang saat pergantian oli.


SPESIFIKASI OLI

Semakin banyaknya pilihan oli saat ini, tidak semestinya membuat bingung.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan Acuan; antara lain, kenali karakter kendaraan anda (spesifikasi mesin serta lingkungan dimana mayoritas anda berkendara (suhu, kelembaban udara, debu, dsbnya.).

Tingkat kekentalan oli yang juga disebut “VISKOSITY-GRADE” adalah ukuran kekentalan dan kemampuan pelumas untuk mengalir pada temperatur tertentu menjadi prioritas terpenting dalam memilih Oli. Kode pengenal Oli adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan oli tersebut. SAE 40 atau SAE 15W-50, semakin besar angka yang mengikuti Kode oli menandakan semakin kentalnya oli tersebut.

Sedangkan huruf W yang terdapat dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter. SAE 15W-50, berarti oli tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada kondisi suhu panas. Dengan kondisi seperti ini, oli akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim sekalipun. Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE.

Mutu dari oli sendiri ditunjukkan oleh kode API (American Petroleum Institute) dengan diikuti oleh tingkatan huruf dibelakangnya. API: SL, kode S (Spark) menandakan pelumas mesin untuk bensin. Kode huruf kedua menunjukkan nilai mutu oli, semakin mendekati huruf Z mutu oli semakin baik dalam melapisi komponen dengan lapisan film dan semakin sesuai dengan kebutuhan mesin modern.

SF/SG/SH - untuk jenis mesin kendaraan produksi (1980-1996)
SJ - untuk jenis mesin kendaraan produksi (1996 - 2001)
SL - untuk jenis mesin kendaraan produksi (2001 - 2004)

Perhatikan peruntukan pelumas, apakah digunaan untuk pelumas mesin bensin, atau diesel (2 tak atau 4 tak), peralatan industri, dan sebagainya. Untuk memilih kualitas pelumas yang cocok, kita dapat mengacu pada API Service (American Petroleum Institute), JASO (Japan Automotive Standard Association), ACEA (Association Des Constructeurs Europeens d’ Automobiles), DIN (Deutsche Industrie Norm), dan lain-lain yaitu acuan untuk kerja (performance) pelumas berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh lembaga independen industri pelumas international.

Semua oli baik mineral maupun synthetic sama-sama ada standar APInya.
Oli mineral biasanya dibuat dari hasil penyulingan sedangkan oli synthetic dari hasil campuran kimia. Bahan oli synthectic biasanya PAO (PolyAlphaOlefin). Jadi oli Mineral API SL kualitasnya tidak sama dengan oli Synthetic API SL.

Oli synthetic biasanya disarankan untuk mesin2 berteknologi terbaru (turbo, supercharger, dohc, dsbnya) juga yang membutuhkan pelumasan yang lebih baik (racing) dimana celah antar part/logam lebih kecil/sempit/presisi dimana hanya oli synthetic yang bisa melapisi dan mengalir sempurna. Oli synthetic tidak disarankan untuk mesin yang berteknologi lama dimana celah antar part biasanya sangat besar/renggang sehingga bila menggunakan oli synthetic biasanya menjadi lebih boros karena oli ikut masuk keruang pembakaran dan ikut terbakar sehingga oli cepat habis dan knalpot agak ngebul.

Berikut beberapa keunggulan oli synthetic dibandingkan oli mineral :

# Lebih stabil pada temperatur tinggi
# Mengontrol/Mencegah terjadinya endapan karbon pada mesin
# Sirkulasi lebih lancar pada waktu start pagi hari/cuaca dingin
# Melumasi dan melapisi metal lebih baik dan mencegah terjadi gesekan antar logam

# Tahan terhadapan perubahan/oksidasi sehingga lebih tahan lama sehingga lebih ekonomis dan efisien

# Mengurangi terjadinya gesekan, meningkatkan tenaga dan mesin lebih dingin § Mengandung detergen yang lebih baik untuk membersihkan mesin dari kerak

Jadi untuk mesin yang diproduksi tahun 2001 keatas disarankan sudah menggunakan oli yang bertipe synthetic baik semi synthetic (campuran dengan mineral oil) atau fully-synthetic.

Note: Kalau untuk pemakaian sehari-hari cukup yang semi synthetic.

Oli untuk motor sampai saat ini belum dapat informasinya yang sudah API SL.
Oli motor synthetic hampir semuanya baru SJ, kalo mineral mungkin baru SG/SH.

Mineral Oil :
§ Sprinta 2000 : SAE 20W-50, API SG
§ Evalube 4T : SAE 20W-50, API SF
§ Mesran Super : SAE 20W-50, API SG
§ Enduro 4T : SAE 20W-50, API SG
§ Penzoil Motorcycle 4T : SAE 20W-50, API SF

Oli yang bagus (biasanya synthetic) mampu memberikan lapisan film tipis yang pada komponen metal yang bergerak yang mana berguna untuk mengurangi gesekan komponen metal sehingga suara mesin jadi lebih halus dan tarikan lebih mantap.

Pada intinya milih oli ada garis besarnya yang bisa di-ikuti :

Disarankan jangan menggunakan oli untuk mobil ke motor anda sebab ada bahan pada oli mobil yang harus dikurangi bahkan dihilangkan tetapi di motor harus agak banyak untuk meredam gesekan karena putaran mesin motor lebih tinggi dan lebih berat kerjanya.

Motor tahun 2001 keatas disarankan menggunakan Oli API SG keatas misal APISH/SJ atau SL. SAE bisa 20w50 atau 10w40. Usahakan yang Semi Sintetik karena lebih licin sehingga bisa masuk kecelah2 metal mesin yang sempit dan tahan oksidasi sehingga kualitas oli tidak gampang rusak dan mesin jadi lebih bersih dan tentunya tarikan jadi lebih mantap.

Disarankan juga untuk menggunakan Pelumas yang memiliki dan mencantumkan Nomor Pelumas Terdaftar Untuk melindungi kepentingan masyarakat atas mutu pelumas yang beredar di dalam negeri pelumas sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1693.K/34/MEM/2001 tanggal 22 Juni 2002. Pelumas yang memiliki NPT adalah pelumas yang telah memenuhi persyaratan administratif dan teknis serta lulus uji laboraturium terakreditasi yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal MIGAS. NPT dapat diidentifikasikan dengan 12 digit huruf dan angka Contoh : DEPTAMBEN RI NPT : AB25E4110199 atau DESDM RI NPT : AC66E1054104.


MITOS

Minimnya pengetahuan tentang perkembangan teknologi pelumas, menyebabkan timbulnya banyak mitos di masyarakat. Sebagai contoh, saat mengganti oli mesin … oli bekas berwarna hitam … sering dianggap oli berkualitas buruk.

tuang_pelumas

Padahal justru sebaliknya, perubahan warna oli menandakan bahwa oli telah bekerja dengan baik sebagai pelarut kotoran. Selanjutnya kotoran akan terbawa keluar pada saat pergantian oli dilakukan, karenanya dinding mesin akan terbebas dari kerak.

Dilain pihak, apabila perubahan warna tersebut terjadi dalam kurun waktu yang sangat dekat (terhitung sejak saat pergantian pertama), itu menandakan kemungkinan adanya kerusakan komponen didalam mesin sehingga oli cepat teroksidasi.

Kita jangan bingung2, pake aja oli yang bagus (mungkin harus 2-4 kali coba baru dapet, kayak pacaran aja kalau cocok jadi bini). Kalau dilihat dibuku petunjuk motor hampir tidak disebutkan merk oli dan yang disebutkan hanya API SG 20w50 atau yang lebih baik.

Untuk mencoba oli baru bisa ikuti prosedur berikut :

§ Sebelum ganti oli, coba bersihkan saluran bahan bakar dan kerak yang mungkin ada di mesin. Tidak usah bingung, bisa pakai carburator cleaner yang dituang ke tangki misal merk STP. Lakukan tiga hari sebelum ganti oli dan motor dipakai seperti biasa dan kalau bisa kecepatan agak tinggi, ini untuk membersihkan saluran bahan bakar dan endapan karbon.
§ Ganti oli dengan oli baru yang sesuai (jangan lupa ada JASO MA) termasukfilter olinya. Lakukan penggantian oli pada kondisi mesin panas agar oli lama keluar semua.

§ Coba deh pakai selama seminggu ada perubahan ?? kalau nggak berarti olinya tidak cocok, perubahannya : - Suara mesin jadi lebih halus, tarikan lebih ringan, tenaga lebih mantap.

Oli merk apapun kalau sudah mendapat sertifikasi API (SG/SH/SJ/SL) dan JASO MA berarti oli itu sudah memenuhi standar baku yang cukup bagus dan memenuhi semua unsur yang diperlukan oleh mesin. Masalahnya banyak oli di Indonesia tidak ada ada sertifikasi tersebut. Coba lihat kemasan oli anda, kalau tidak ada sertifikasi tersebut apakah anda rela mesin anda menderita sengsara dan akhirnya turun mesin bahkan ganti mesin?

Berikut contoh Jenis-jenis Oli yang umum dipakai dan peredarannya mudah didapat di bengkel-bengkel resmi penyalur oli:

Oli Repsol:
§ Repsol Moto Racing 4T 10W50 Semi Synthetic Oil
Sertifikasi: API SJ; JASO MA
§ Repsol Moto 4T 15W50 Mineral Oil
§ Repsol Moto Sintético 4T 10W40 Semi Synthetic Oil
Sertifikasi: API SG; JASO MA; Honda Specs.

Oli Shell 4T:
§ Shell Advance S4 SAE 10W-40, 15W-40, 20W-40, 20W-50, SAE 40 Mineral oil
Sertifikasi: API SF; belum JASO MA menurut Shell Singapore
() API SL; JASO MA menurut Shell USA

§ Shell Advance SX4 SAE 10W-40, 15W-40, 15W-50 20W-50 Mineral oil
§ Shell Advance VSX4 SAE 10W-40, 15W-50, 20W-40 Semi Synthetic oil
Sertifikasi: API SL - JASO MA
§ Shell Advance Ultra 4 SAE 10W-40, 15W-50 Synthetic oil
Sertifikasi: API SG menurut Shell Singapore
API SL - JASO MA menurut Shell USA

Rasanya untuk produk oli import musti cek kemasannya sebab walaupun kemasannya sama tapi sertifikasi beda. Jadi yang disana beli 35.000 kok disini murah cuman 25.000 ternyata beda sertifikasi. Waspadalah…!

Oli Top1 :
§ SMO-MC SAE 20W-50 Semi Synthetic
Sertifikasi: API..??
§ EVOLUTION SAE 15W-50 Synthetic
Sertifikasi: API SL

Oli Esso ada 4 tipe :
§ Esso 4T 20W-40, 20W-50 (recommended for engine <50cc)>

Caltex:
§ Caltex Revtex Fully Synthetic 4T SAE 10W40,
§ Caltex Revtex Semi-Synthetic 4T SAE 20W50,
§ Caltex Revtex Super 4T SAE 10W40, 20W40, 20W50,
Sertifikasi: API SG, JASO MA
§ Caltex Revtex Plus 4T SAE 25W-40,
§ Caltex Revtex 4T SAE 40,
Sertifikasi: API SF, JASO MA

Mobil 1:
§ Mobil Super 4T SAE 15W-50,
Seritifikasi: API SG, JASO MA
§ Mobil Extra 4T SAE 10W-40
§ Mobil Racing 4T SAE 15W-50
Sertifikasi: API SJ, JASO MA

OLI AGIP :
§ AGIP Super 4T MINERAL 15W-50
§ AGIP TEC 4T SEMI-SINT. 15W-50
§ AGIP Racing 4T SINT. 20W-50
§ Sertifikasi: API SJ

OLI MOTUL :
§ MOTUL 3000 4T MINERAL 20W-50
§ MOTUL 5100 Ester SEMI-SINT. 15W-50
§ MOTUL 300V competition FULL SINT. 15W-50
Sertifikasi: API SG - JASO MA

Ternyata oli mineral gak cocok untuk motor baru, so yang pakai repsol moto 15W50 siap2 ganti aja Jangan Keliru Memilih Oli Mesin MINYAK pelumas atau oli tidak akan terpisahkan dengan mesin kendaraan bermotor. Tanpa oli, mesin rontok. Bila oli berkurang, komponen akan cepat aus akibat gesekan antara kedua permukaan komponen. Karena itu, kelangsungan hidup mesin amat dipengaruhi oleh oli.

Makin besar kerja mesin, makin penting peran oli.

Hal serupa juga terjadi pada sepeda motor, terutama di kota-kota besar, di mana lalu-lintas cenderung macet, ruwet, dan suhu kian panas. Mengingat penting dan peranannya, oli menjadi ladang bisnis menggiurkan paling tidak tiap 2.000 km sampai 5.000 km– oli harus diganti. Berbagai merek dan jenis oli pun bermunculan di pasaran. Mulai dari oli biasa (konvensional)
yang disebut pelumas mineral, sampai oli sintetis dan semi sintetis.

Perbedaan ketiga jenis oli ini, bisa dilihat dari komponen dan unsur di dalamnya. Pelumas konvensional, umumnya terdiri atas 90% minyak dasar (crude oil), hasil penyulingan minyak bumi, ditambah 10% campuran bahan kimia aditif guna meningkatkan kinerjanya.

Bahan kimia yang dipakai sebagai campuran biasanya detergen (pembersih), antioksidasi dan Index Viscosity Imorover (campuran peningkat kekentalan). Penggabungan unsur-unsur itu
membentuk oli yang mampu melumasi mesin. Pelumas sintetis, sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan-bahan aditif. Jumlahnya menentukan jenis oli sintetisnya.

Oli sintetis penuh (full synthetic oil) mengandung 100% bahan aditif, yaitu minyak dasar bahan kimia yang bukan dihasilkan dari penyulingan minyak bumi. Sedangkan oli semi sintetis pelumas yang dibuat dengan menggunakan minyak dasar bahan kimia dicampur minyak mineral.

Mengingat proses pengolahannya tidak lagi mengandalkan minyak dasar, bahan kimia yang banyak diaplikasi sebagai pengganti antara lain ester asam berbasa dua, ester organo fosfat, ester-silikat, glicol-polialkilena, silikon, klorida sert fluor hidrokarbon.

Mengingat bahannya masih alami,
Oli mineral amat cocok untuk motor motor lawas, seperti Honda C-70, Honda, C-90Z, Supercup, Astrea 800, Yamaha V-75, Suzuki Crystal, Binter Mercy, dan sebagainya. Kelebihannya, oli tak mudah menguap saat mesin ada pada temperatur ideal, sehingga jeroan yang sudah aus tidak bertambah parah.

Untuk mesin motor baru seperti Honda Supra, Karisma, Astrea Impressa, Yamaha F1-Z, RX-King, RX-Z, Kawak Ninja, Yamaha Vega, Yupiter, Kawak Kaze, Suzuki Shogun, dan sebagainya, bisa memakai oli semi-sintetis. Perpaduan unsur mineral dan kimia, mampu menjaga kondisi mesin tetap prima, tanpa meninggalkan kemampuan untuk melindungi komponen dalam mesin.

Sedangkan oli full synthetic sangat cocok dipakai pada motor balap yang mesinnya terus menerus digeber pada putaran (rpm) tinggi. Oli ini mampu melumasi seluruh bagian mesin sampai di sela-sela kecil sekalipun. Tingkat kekentalannya pun stabil meski dalam kondisi ekstrem, dan mampu menjaga mesin meski pada suhu tinggi.

Ada juga jenis klasifikasi tingkat kekentalan jamak (multigrade) antara lain SAE 15W-50 atau SAE 20W-50. Bahkan, pada aplikasi motor balap atau mesin berteknologi mutakhir, tingkat kekentalannya sering dibuat sangat ekstrem, misalnya SAE 5W-50, SAE 10W-60. Mengingat oli sintetis memiliki banyak keunggulan dan proses pembuatannya lebih rumit dibanding oli biasa, harganya pun relatif mahal. Nah, untuk memilih oli yang pas, sesuaikan dengan kebutuhan mesin motor Anda.


disadur dari Suzuki Satria FU 150 Club / www.ssfc.or.id


Sabtu, Maret 14, 2009

Xr touring to Ujung Genteng....

X-gen family Xr, menjaga kekompakan dan saling memperhatikan serta menguji ketahanan mental dan fisik mereka, Start gandul ' dita home', pkl.17.45 to Ujung Genteng 03.05 dini hari, penuh semangat dan keceriaan serta suka cita melepaskan kepenatan untuk menikmati betapa indahnya ciptaan Tuhan atas bumi Indonesia ini ................ [ Baca selengkapnya... ]

Jumat, Januari 30, 2009

Mengenali Olie untuk motor kita

Posted by Rudi Triatmono in Otomotif Personal Blogs


Well… gue banyak ditanya tentang oli…!!! Apakah brand ini bagus.. atau oli itu kurang bagus… etc…!!! So menurut gue … perlu dibahas tersendiri dalam suatu artikel …dan berbicara mengenai oli..!!! Oli berfungsi sebagai pelumas (lubricants). So.. sebagai pelumas nggak bakalan terjadi contact antara satu metal dengan metal lain…!!! Karena ada lapisan tipis (thin) yang melapisi metal. Pada motor 4 tak, oli mesin itu sebelum dipompa akan melewati filter oli dulu… yah intinya menyaring laagh kotoran-kotoran…!!! Selanjutnya oli dengan tekanan yang lumayan tinggi masuk ke main bearing di crankshaft. Disamping itu oli juga melumasi bagian piston dan cylinder wall.. dan berfungsi juga mendinginkan mesin. Oli juga perlu didinginkan.. makanya ada beberapa teknik… ada air cooled, oil cooled, atau liquid cooled…!!!! Berbeda dengan 4 stroke, pada engine 2 stroke terdapat 2 oli yaitu oli samping (mixer oil) dan oli transmisi (gear-box oil). Oli samping berfungsi sebagai total-loss lubrications, yaitu ikut dalam pembakaran dengan mengeluarkan carbon deposits, serta mengurangi gas emisi….!!! :D

Teruz kira-kira apa sih manfaatnya oli yang mutunya bagus…??? Manfaatnya antara lain melindungi mesin dari sbb :

  • panas (heat), terutama yang disebabkan oleh proses pembakaran yang terjadi di combustion chamber. Terlebih-lebih engine yang mempunyai compression ratio tinggi…!!!
  • Melindungi gesekan antara piston dan cylinder wall, sewaktu terjadi pembakarandisertai dengan temperatur yang sangat tinggi..!!
  • Menjaga kebersihan (cleanliness) mesin.

Jenis-jenis oli motor secara umum dibedakan atas 3 jenis yaitu :

  1. Mineral Oil, yaitu oli motor yang dihasilkan dari pengolahan minyak bumi / alam.
  2. Semi synthetic oil (synthetic blends) yaitu oli campuran antara mineral oil dan tidak lebih dari 30% synthetic oil.
  3. Fully synthetic oil, yaitu suatu jenis oli buatan (dikembangkan oleh Insinyur Jerman pada tahun 1940-an), dimana oli ini sanggup melindungi mesin pada suhu yang extrem baik dingin ataupun panaz…!!! Proses pembuatannya sendiri menggunakan Fischer-Tropsch Process, yaitu melakukan katalisasi reaksi kimia, dimana merubah dari carbon monoksida dan hydrogen menjadi liquid hydrocarbons.

Dari ketiga jenis oli tersebut mana sih yang paling bagus…??? Yah jelas lah.. fully synthetic (baru semi-synthetic dan terakhir mineral-oil). Karena Pada suhu yang ekstrem, oli jenis ini masih mempunyai viscositas index yang bagus.. dibandingkan jenis oli lainnya…!! Teruz jeleknya apa…?? Yah harganya aza yang mahal… jelas ada rupa ada harga..!!!

Saat ini oli yang dijual kebanyakan adalah multi-grade dibandingkan yang single grade. API (American Petroleum Industry) untuk multi-grade ada notasi w, misalnya 10w-30. w disini dalam artian winter. Jadi jika 10w, dalam artian oli tersebut dapat dipompa sebagaimana SAE 10 (SAE = Society of Automotive Engineers). 5w akan lebih mudah dipompa dibandingkan 10w pada temperatur yang lebih rendah. Angka kedua dalam hal ini 30 merupakan viscositas pada 100 derajat celcius dipadanankan dengan single grade SAE 30….!!!

Nah kalau di Amrik ada SAE, maka di Jepang ada JASO (Japan Automotive Standard Organization). Nah untuk untuk motor 4 stroke kudu memenuhi stnadard JASO-MA. Sedangkan untuk 2 stroke engine, kudu memenuhi standard JASO-FC.

Tips terakhir adalah… jika milih oil sesuaikan dengan rekomendasi pabrikan… dalam konteks jaga multi-grade nya… !!! Pergunakan lah oli yang bagus… tapi ukur juga kantong elo… jangan sampe jeboll…!!! Yah pengalaman gue sendiri seh… gue pake oli synthetics.. tarohlah harganya 120 rebu… dan bisa tahan sampai 4 bulan (tarohlah 4000 km)…!!! Yah jika 4 bulan tuh 120 hari… berarti kira-kira setiap hari tambah extra cost Rp. 1000. Apalah artinya Rp. 1000 dibandingkan dengan daya tahan mesin… sehingga nggak cepat jebol… belum lagi jika olinya enteng… relatif lebih hemat / irit bahan bakar… karena kerjanya mesin nggak berat.. so… menurut gue mah.. cincaaai laaagh…!!! :D

Appendix :

Oli Motor 4 stroke :

  • AGIP Racing 4T 10w-60, Oli motor fully synthetic. Mempunyai viscositas index sebesar 177, Viscosity pada 100 derajat Celcius sebesar 23.5 mm2 / s.
  • AGIP Racing 4T 5W-40, oli motor fully synthetic. Mempunyai viscosity index sebesar 158, viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 14.7 mm2/s.
  • AGIP Racing 4T 20W-50, oli motor fully synthetic. Mempunyai viscosity index sebesar 149, viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 20.4 mm2/s.
  • AGIP SUPER 4T 15W-50, oli motor mineral. Mempunyai viscosity index sebesar 148, viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 17.7 mm2/s.
  • AGIP SUPER 4T 20W-50, oli motor mineral. Mempunyai viscosity index sebesar 112, viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 20 mm2/s.
  • Elf 4T Sport Campione 10w-60, oli sintetis. Mempunyai viscosity index sebesar 169, dan viscosity index pada 100 derajat celcius sebesar 22.4mm2/s.
  • Pertamina Enduro 4T 20W-50, oli mineral. Mempunyai viscosity index sebesar 123, dan viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 18.74
  • Pertamina Enduro 4T Racing, 10W-40, oli semi sintetis. Mempunyai viscosity index sebesar 153, dan viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 10.66
  • Mobil 1 Racing 4T 10W-40, oli sintetis. Mempunyai viscosity index sebesar 164, viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 13.8
  • Mobil 1 V-Twin 20W-50, oli sintetis. Mempunyai viscosity index sebesar 150, viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 17.7
  • Mobil Extra 4T 10W-40, oli semi-sintetis, viscosity index sebesar 157, viscosity pada 100 derajat sebesar 14.4, sedangkan viscosity pada 40 derajat 98.
  • Motul 5100 Ester 4T 10W-40, oli motor semi-synthetis.
  • Motul 5100 Ester 4T 15W-50, oli motor semi-synthetis.
  • Shell Advance Ultra 4 10W-40, ini oli full syntetic, viscosity index sebesar 186, viscosity pada 100 derajat celcius sebesar 14.3, sedangkan viscosity pada 40 derajat sebesar 98.6
  • Shell Advance VSX4 15W-50, ini oli semi-syntetic, viscosity index sebesar 155, viscosity pada 100 derajat sebesar 19.2, sedangkan viscosity pada 40 derajat 140.
  • Shell Advance SX4 15W-50, ini oli mineral, viscosity index sebesar 144. viscositypada 100 derajat celcius sebesar 19.9, sedangkan viscosity pada 40 derajat sebesar 161.
  • Shell Advance S4 20W-50, ini oli juga mineral, viscosity index sebesar 132, viscosity pada 100 derajat sebesar 20.5, sedangkan viscosity pada 40 derajat 181.



disadur dari :

Kupas tuntas mengenai Olie motor...
oleh Rudi Triatmono at otomatif, Personal Blogs




Kamis, Januari 29, 2009

Test Raider New Satria FU150

Sebenarnya OTOMOTIFNET yakin mesin New FU150 tidak ada yang berubah kecuali rombakan desain dan sedikit penambahan fitur. Cover lampu, desain knalpot dan speedometer jadi poin paling dominan yang terlihat dari versi face lift Satria FU150 yang pertama kali diperkenalkan pada Jakarta Motor Cycle Show, akhir 2008 lalu. Detail perubahannya silahkan klik Profil.

Namun keyakinan OTOMOTIFNET tergoyahkan oleh perkataan salah satu petinggi PT Suzuki Indomobil Motor (SIM). “Pastinya ada beberapa ubahan,” promosi Edi Darmawan, Manager Marketing-Promotion & Dealer Dev. Section Head PT SIM.
Ups, beneran nih? Jangan-jangan performanya juga berbeda. Makanya tim tester OTOMOTIFNET tergerak untuk melakukan sesi test ride. Here’s the result!

Desain: **** (4 bintang)
Sudah pasti tampang depan Suzuki Satria FU150 ini dimensinya lebih lebar dari produk sebelumnya. Perubahan paling jelas tentunya ada pada desain cover lampu ini.

Seperti yang sudah dijelaskan pada tulisan Profil beberapa waktu yang lalu. Suzuki selalu memberikan sentuhan moge pada motor bebek termasuk untuk Satria F150 terbaru ini. “Desain headlamp diadaptasi dari Suzuki GSX 600,” lanjut Edi.

Bentuk segitiga dan stang kemudi juga tampil dengan finishing terbaru. Selain itu desain footpeg guard juga diubah dengan motif alumunium, dan jangan kaget bila menemukan grab bar dengan desain yang berbeda. Grab bar terbaru lebih lebar dan diklaim memudahkan kita saat hendak menggeser atau mengangkat motor.

Di balik visor di cover headlamp, desain spidometernya sama dengan keluaran sebelumnya. Namun punya NSSF150 tampak lebih elegan, karena lis RPM-meter dibuat model krom dan cover spidometer digitalnya yang bermotif. Tester OTOMOTIFNET memberikan 4 bintang untuk desain ala moge.

satria-fu-2Apakah mirip?


Fitur dan Teknologi: ***** (5 bintang)
Meski perubahan tidak terlalu banyak, namun ada beberapa fitur baru yang memberikan nilai tambah buat sosok Satria FU150 ini. Yang pertama selain speedometer ada lampu indikator Eco Riding Mode (ERM), yang berfungsi memberi info efisiensi BBM pada panel indikator di balik lampu.

Cara kerjanya, sensor indikator ini mengikuti putaran mesin. Bila putaran mesin ada di angka 4.500-5.000 rpm, maka indikator akan berkedip sebagai peringatan kalo sedotan bensin lebih boros. Jika putaran mesin menunjukkan angka di atas 5.500 rpm, lampu itu menyala konstan.

Perbedaan lain dengan versi sebelumnya terletak pada knalpot. Bukan hanya bentuknya yang trendy dengan desain hexagonal, tapi di knalpot baru ini juga dilengkapi dengan catalyst, sehingga emisi gas buang hasil pembakaran lebih ramah lingkungan dan melampaui standar EURO 2 yang diterapkan pemerintah. Ditambah teknologi klep DOHC, mesin tegak plus oil cooler, New FU150 layak menerima 5 bintang.

satria-fu-3 Knalpot bercatalyst Speedo dilengkapi light shifter

Performa: ***** (5 bintang)
Setali tiga uang alias sama saja dengan handling. Tidak ada perbedaan dengan pertama kali diluncurkan 4 tahun yang lalu. Mesin satu silinder 150cc, mengusung mesin DOHC dengan 4 katupnya mampu menghasilkan tenaga maksimum 16ps pada 9.500rpm dan torsi maksimum 12,7kgf-m di 8.500rpm yang disalurkan dengan transmisi 6 kecepatan.

Penambahan catalyst pada knalpot yang dikhawatirkan akan menurunkan performa, ternyata tidak terlalu berpengaruh. Tarikan tetap responsif di putaran bawah sampai atas. Buktinya saat diukur dengan alat ukur racelogic, untuk jarak tempuh 0-201 meter hanya perlu waktu 11,8 detik. Bahkan saat dicoba pada trek sepanjang 1,5 km, speedometer berhenti pada angka 120km/jam. Mantap! Tak salah bila lima bintang tetap diberikan untuk sang Hyper Underbone

Data Tes Akselerasi
0-201 meter : 11,8 dtk
0-402 meter : 19,5 dtk

0-60 km/jam : 5,1 dtk
0-80 km/jam : 8,1 dtk
Top Speed : 120 km/jam



Handling: **** (4 bintang)

satria-fu-4Meski mengandalkan setang jepit dan segitiga dengan desain anyar. Namun secara keseluruhan tetap tidak berpengeruh pada ergonomi pengendara. Sok depan teleskopik dan belakang monosok, membuat handling Satria FU150 ini tidak ada perbedaan dari pendahulunya. Kenyaman dan kemudahan handling tetap terasa maksimal.

Meski mengusung mesin yang cukup besar yaitu 150cc. Hanya saja pada kecepatan sangat tinggi khususnya saat menikung gejala sedikit limbung agak terasa. Tidak bisa dipungkiri, mesin 150cc umumnya dipakai motor sport bukan bebek yang secara keseluruhan bobotnya lebih ringan. Tapi di jalanan, apalagi di Jakarta yang selalu macet mau ngebut seberapa cepat? Secara keseluruhan, sasis Satria F150 sudah lebih dari cukup untuk keperluan harian. 4 bintang untuk kemudahan handling Satria FU150.

Konsumsi Bahan Bakar: **** (4 bintang)
Dengan bobot seorang tester 65 kg, Satria FU150 diajak jalan dengan kecepatan konstan 60 km/jam untuk uji pemakaian bahan bakar. Hasilnya motor dengan kode produksi NSSF150 hanya mampu menyedot 1 liter premium untuk 38 km. Boros? Ya, tapi sepadan dengan performa dan kapasitas mesin besar yang akan Anda dapatkan. Empat bintang rasanya sepadan untuk konsumsi bahan bakar Satria FU150.

Harga: **** (4 bintang)
Sudah barang tentu harga Satria FU150 ini naik. Tapi tidak terlalu jauh hanya berubah Rp 550 ribu saja menjadi Rp 18 juta. Mahal? Sedikit lebih mahal dari pesaingnya, Honda CS-1. Namun bila dibandingkan antara teknologi dan performa yang diusung keduanya, Satria tetap unggul.

Kapasitas mesin 150cc dan teknologi DOHC empat katupnya masih jadi nilai lebih disbanding CS-1 yang mengusung kapasitas mesin 125cc dan masih menggunkan teknologi SOHC dia katup. Meski begitu untuk ukuran bebek harga Satria F150 tetap dirasa tinggi. Empat bintang untuk rasanya pas untuk urusan kantong.

Penulis/Foto: Tim OTOMOTIFNET




Rabu, Januari 28, 2009

New Suzuki SATRIA FU150

Penampilan terbaru Suzuki Satria F150 sudah tidak mengejutkan lagi. Foto-foto spy shoot-nya sudah lebih dulu beredar sebelum Suzuki resmi memperkenalkannya kepada publik di Jakarta Motorcycle Show (JMS) 2008.
“Di internet sudah duluan keluar. Siapa nih yang iseng banget,” gemas Edi Darmawan, 2W marketing promotion manager, PT Indomobil Niaga International.

Meski sudah kita intip duluan, tapi siapa yang tahu kalau ternyata ada beberapa fitur-fitur baru di balik penampilan New Satria F150. “Ada beberapa fitur yang berbeda,” bisik Edi yang ditemui di tengah ramainya JMS 2008.Dari pada penasaran mari kita buka detail terbaru bebek dengan kapasitas mesin paling besar ini.

Perubahan paling jelas tentunya ada pada desain cover lampu. Desain head lamp dan covernya menjadi daya tarik utama. Suzuki sudah dari dahulu punya ciri khas selalu memberikan sentuhan moge pada motor bebek termasuk untuk Satria F150 terbaru ini. Head lamp Suzuki GSX 600R coba dimasukan ke dalam tubuh langsing Suzuki F150.
compare-satria-1

Perhatikan juga bentuk segitiga dan stang kemudi dengan finishing terbaru. Selain itu desain footspeg guard juga diubah dengan motif alumunium, seirama dengan penambahan alumunium frame cover untuk menciptakan kesan kuat. Selain itu jangan kaget bila menemukan grab bar dengan desain yang berbeda. Grab bar terbaru lebih lebar dan diklaim memudahkan kita saat hendak menggeser atau mengangkat motor.

Urusan mesin bagaimana? Masih sama seperti pertama kali diluncurkan 4 tahun yang lalu. Mesin satu silinder 150cc, mengusung mesin DOHC dengan 4 katup. Dilengkapi pula dengan oil cooler yang menjaga mesin selalu pada suhu optimal. Tenaga maksimum 16ps pada 9.500rpm dan torsi maksimum 12,7kgf-m di 8.500rpm, disalurkan dengan transmisi 6 kecepatan.
compare-satria-fu150
Perbedaan dengan versi sebelumnya terletak pada knalpot. Bukan hanya bentuknya yang trendy dengan desain hexagonal, tapi di knalpot baru ini juga dilengkapi dengan catalyst, sehingga emisi gas buang hasil pembakaran lebih ramah lingkungan dan melampaui standarisasi EURO 2 yang diterapkan pemerintah.

Lalu ada satu lagi fitur unik yang terdapat pada speedometer dengan tampilan baru Satria F150. Suzuki menyebut fitur baru ini dengan Suzuki Mode Drive Switch System (SMDS). Fitur baru ini sebagai indikator cara berkendara. Ada lampu yang akan berkedip pada rpm tertentu sebagai petunjuk waktu untuk oper gigi. Kerjanya mirip shift light pada tekometer mobil dan motor balap.
compare-satria-f150pic_satria_f150_part04_b
Asiknya kita bisa dengan mudah memilih 3 pilihan mode berkendara yang dapat diganti secara berurutan, sesuai karakter yang diinginkan pengendara.
Ketiga pilihan ini adalah normal mode, eco riding mode dan power mode (No Indication – ECO – PWR – No Indication). Pada normal mode, indikator tidak berfungsi.

Pada pilihan eco riding mode, indikator baru bekerja. Mode ini digunakan untuk berkendara ekonomis atau santai. Engine RPM Indikator akan berkedip secara otomatis untuk menginformasikan pengendara bahwa putaran mesin berada pada kondisi konsumsi bahan bakar yang ideal. Bila Engine RPM Indikator berkedip, berarti tanda untuk memindahkan posisi persneling (mengoper gigi). Engine RPM akan berkedip pada 4.500 – 5.500 rpm.

Sedang pada Power Mode, Engine RPM Indicator baru akan berkedip saat putaran mesin berada pada kondisi ideal powerful RPM dan menginstruksikan pengendara untuk segera pindah gigi agar mesin tetap powerful. Dengan power mode, lampu pada engine RPM akan berkedip pada 5.500 – 8.500. Gimana? Penasaran untuk mencoba?

Spesifikasi:
Mesin: 4-tak , DOHC, 4 katup, silinder tunggal, pendingin udara
Kapasitas: 147,3 cc
Diameter x langkah: 62 x 48,8 mm
Perbandingan kompresi: 10,2 : 1
Tenaga maks: 16 PS @9.500 rpm
Torsi maks: 1,27 kgf-m @8.500 rpm
Karburator: MIKUNI BS 26 - 187
Filter udara: Kertas
Sistem starter: Kaki & elektrik
Transmisi: 6 kecepatan, 1 ke atas, 5 ke bawah
Kopling: Multiplat, basah
Suspensi Depan: Teleskopik
Suspensi Belakang: Monoshock
Rem: Depan & Belakang Cakram

Penulis/Foto: Popo

OTOMOTIF.NET